Memahami Customer Behaviour
Sebelumnya sudah dibahas bahwa ketika seseorang akan membeli sebuah produk, akan ada unsur emosional dan psikologis yang ikut berperan. Sebagai penjual kita harus memahami beberapa customer behaviour atau kebiasan dan pola emosional pembeli ketika membeli sebuah produk.
Tidak semua membeli karena harga murah !
Mulai sekarang , percayalah bahwa orang membeli bukan karena harga murah. Memang harga pasti jadi salah satu kriteria, tetapi belum tentu menjadi yang utama. Jika semua orang membeli karena produk murah, maka Dunkin donut sudah pasti tutup toko karena kalah dengan donat warungan. KFC sudah pasti tutup kalah dengan ayam goreng gerobak.. Banyak contoh orang yang mau membeli produk dengan harga yang lebih tinggi. Yup, salah satu unsurnya adalah unsur psikologis dan emosional.
Pada Dasarnya Orang Itu Tidak Suka Dijuali Atau Ditawari Produk
Beberapa orang atau mungkin sebagian besar tidak suka ditawari produk. Ingat kapan terakhir kali anda jalan dan diberikan sebuah pamflet aatau brosur makanan? Dan apakah anda langsung pada saat ini bergegas untuk membeli produknya? Atau anda membuang brosur itu? Ketika anda asik nonton youtube, kapan terakhir kali anda nonton iklan tanpa skip?dan anda langsung membeli produk itu kemudian? Orang tidak begitu suka ditawari produk dengan berbagai alasan , misal karena anda masih asing bagi mereka, atau produk anda tidak dkenal , atau bisa juga karena mereka tidak ada maslah yang sedang dialami dan tidak membutuhkan produk anda sama sekali. Ketika orang tertarik dan suka atau butuh produk anda, maka orang akan mencari produk anda tanpa perlu anda tawarkan. Jadi, yang anda lakukan adalah memfilter jutaan orang diluar sana dan menemukan orang yang memang tertarik dengan produk anda dengan menggunakan teknik magnet lead yang sudah dijelaskan.
Dalam Transaksi Online, Pembeli Mempertimbangkan Reputasi Dan Rating Bahkan Lebih Tinggi Daripada Harga
Behaviour lainnya yang penting untuk anda pahammi adalah pembeli akan mempertimbangkan reputasi suatu produk atau penjualnya sebelum membeli.
Kenali Windhow Shopping Effect
Pernahkah anda mendengar window shoping effect? Istilah ini pertama kali diperkenalkan sekitar abad 18 di eropa. Istilah ini lebih dikenal dengan nama ‘cuci mata’ , dimana calon pembeli biasanya tidak akan langsung membeli suatu produk, tetapi melakukan yang namanya ‘cuci mata’ terlebih dahulu.. Yang dilakukan calon customer dalam hal ini adalah membanding-bandingkan produk yang terpajang , namun tidak membeli. Biasanya window shopping ini akan sedikit membawa customer ke level ‘awareness’ dalam customer journey. Kapan terakhir kalian iseng jalan ke Mall, hanya berniat lihat-lihat barang, dan tiba2 anda tertarik ke satu produk yang awalnya anda tidak ingin membeli ? Nah hal seperti ini yang menunjukan dimulainya fase awareness dalam customer journey Window shopping tidak hanya terjadi di transaksi offline, namun juga online. Ingat bahwa dalam window shopping, pembeli tidak berniat melakukan pembelian. Biasanya window shopping ini banyak ditemukan di grup atau forum jual beli di facebook atau sosial media serupa dimana mereka hanya ‘scroll’ sosial media untuk melihat produk tanpa ada niat membeli. Hal ini yang kemudian bisa terjadi apabila anda hanya memasarkan produk atau link affiliate anda ke dalam grup grup jualan semacam ini, besar kemungkinan produk anda hanya akan dilihat tanpa ada niat pembelian dari si pembeli. Maka, penting untuk membuat magnet lead untuk membangkitkan awareness dari customer journey, sehingga mulai ada minat untuk tertarik ke sesuatu yang berhubungan dengan produk anda. Magnet lead adalah sebuah teknik yang cukup efektif membantu kamu mendapatkan informasi kontak pelanggan, seperti email. Nantinya, kontak pelanggan yang kamu dapatkan bisa kamu gunakan untuk keperluan marketing. Misalnya, untuk mengirimkan newsletter. biasanya, lead magnet adalah sebuah konten dalah bentuk layanan gratis yang diberikan untuk tujuan mengumpulkan email konsumen. Layanan yang diberikan dapat berupa free trial produk, buletin elektronik, hingga konsultasi gratis. Menurut Investopedia, layanan ini diberikan dengan tujuan untuk membuat prospek penjualan.
Otak Manusia Dirancang Untuk Mengambil Keputusan Secara Implusif (Terburu-Buru)
Penelitian yang telah dilakukan oleh Chase, Gallup, dan Harris Interactive menunjukkan bahwa kebanyakan orang melakukan pembelian secara impulsif. Dapatkah Anda mengingat kapan terakhir kali Anda berbelanja di toko, toko online, pasar, atau supermarket? Apakah waktu itu Anda memilih produk dengan waktu yang cepat dan spontan? Mayoritas orang akan melakukan pembelian dengan cepat. Sistem berpikir yang digunakan manusia ketika mencari sebuah produk ialah dengan menggunakan teknik berpikir heuristik. Jarang sekali seseorang melakukan pertimbangan yang lama saat membeli sebuah produk. Maka, dengan mengetahui customer behaviour ini, kita bisa membuat caption atau story telling dengan menyuguhkan beberapa kalimat seperti "Beli sekarang" , "Dapatkan diskon sekarang", dan hal lain yang memiliki kesan 'harus segera dan terburu-buru'.
Otak Manusia Lebih Mudah Memposes Gambar Daripada Teks
Coba Anda perhatikan kemasan makanan, kemasan barang elektronik, hingga konten dan penataan halaman website.Hampir seluruhnya sangat mementingkan unsur estetika, penataan warna dan gambar. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Steve Jobs, bahwa hal tersebut hanya akan didapatkan oleh cita rasa dan seni. Membuat sesuatu yang simpel justru lebih sulit ketimbang membuat sesuatu yang rumit. Begitu pula dengan membuat konten pemasaran dalam bentuk gambar. Dengan meningkatkan kualitas gambar produk yang ditawarkan, penjualan Anda pun akan meningkat.
Konsumen Akan Mengambil Keputusan Berdasarkan Informasi Pertama Yang Dilihat
Menurut anchoring effect, rata-rata orang selalu mempertimbangkan informasi pertama yang mereka dapatkan ketika dihadapkan pada pengambilan keputusan. Setelah melihat produk yang ditawarkan secara sekilas, mayoritas konsumen akan melihat harga produk. Tampilkanlah harga yang sesuai dengan ekspektasi konsumen di toko atau web Anda. Dari mana kita bisa mengetahui harga yang diekspektasi oleh konsumen? Jawabannya adalah riset harga. (edit Asistendesa.id)